Jumat, 15 Juni 2012

Open and Distance Learning


A.    Pendahuluan
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perkembangan ICT (information communication and technology) telah menciptakan tradisi dan budaya baru dalam peradaban umat manusia. Perubahan tersebut lebih dahsyat ketimbang dengan perubahan dari era pertanian menjadi era industri. ICT dapat menjadikan dunia maya menjadi nyata dihadapan kita. Dengan hanya termenung di depan computer, kita dapat membuka dunia cakrawala yang sangat luas.
Perkembangan ICT ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Paradigma pendidikan yang semula berbasis tradisional dengan mengandalkan tatap muka, sekarang dengan adanya sentuhan dunia teknologi dan informasi beralih menjadi system pendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (Open and Distance Learning) merupakan dampak dari perkembangan ICT. Hal ini disebabkan karena tidak semua lapisan masyarakat dapat mengakses pendidikan dengan cara-cara konvensional.
Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia, yaitu 1) factor geografis, 2) pertumbuhan dan persebaran penduduk, 3) tantangan globalisasi, 4) peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan 5) perkembangan teknologi informasi.[1]
Permasalahannya sekarang,  pendidikan terbuka dan jarak jauh mensyaratkan pelakunya baik institusi maupun peserta didiknya untuk memiliki infrastruktur yang dibutuhkan. Persiapan dan perencanaan program lengkap dengan perangkatnya memerlukan waktu dan biaya yang cukup banyak. Selain itu, kondisi geografis yang berbeda-beda juga mempengaruhi pembelajaran model ini, karena seperti yang kita ketahui bahwa banyak daerah-daerah dipedalaman yang tidak dapat mengakses internet secara cepat dan tepat, menurut asumsi penulis, PTJJ justru akan malah menyebabkan diskriminasi dalam pemerataan pendidikan yang seharusnya menjadi landasan dalam penyelenggaraan PTJJ, karena terkesan hanya peserta didik dari kalangan menengah keatas saja yang bisa belajar dan mengakses internet dengan mudah. Lalu, bagaimanakah sebenarnya konsep pendidikan terbuka/jarak jauh? Dan bagaimanakah peluang dan tantangannya di Indonesia?

B.     Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh
Secara sederhana Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) atau open and distance learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpisah antara guru dan murid atau antara dosen dengan mahasiswa.
Ada beberapa pengertian tentang open learning/education dan distance learning/education. Siahaan mengatakan bahwa open learning adalah system pendidikan yang tidak mensyaratkan adanya pembatasan usia, pengalaman pendidikan sebelumnya, masa belajar dll.[2]  Sedangkan menurut Preeton dan Creed dalam Braedly, Daniel, Jung, Prawiladilaga serta Franklin, mereka memiliki perspektif yang sama tentang distance learning/education, yakni suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dimana antara guru dan murid tidak bertatap muka seperti pendidikan konvensional, melainkan dipisahkan oleh jarak dan waktu.[3]
Dari uraian tersebut, jelas terdapat perbedaan antara pendidikan terbuka dan pendidikan jarak jauh. Namun, dalam perkembangannya, istilah pendidikan terbuka dan jarak jauh sering disejajarkan artinya. Misalnya dalam berbagai jurnal dan buku istilah pendidikan terbuka dan jarak jauh sering disingkat dengan PTJJ.
Walaupun konsep pendidikan terbuka telah didengungkan dan dimasyarakatkan, belum ada penyelenggaraan PJJ yang seratus persen terbuka. Pada prakteknya, kebanyakan institusi yang menawarkan program PJJ masih tetap memberlakukan aturan yang mengurangi keterbukaan, terutama apabila institusi tersebut memberikan akreditasi bagi lulusannya. Sistem PJJ ini dapat ditingkatkan keterbukaannya dengan merancang sistem pembelajaran secara lebih fleksibel, seperti misalnya melalui: tiga cara berikut ini.[4]
1.    Open entry – open exit system: artinya setiap individu boleh memulai dan menyelesaikan proses pendidikannya kapan saja sesuai dengan kondisi masing-masing.
2.    No selection criteria: artinya setiap orang yang mendaftar akan diterima sepanjang mempunyai kualifikasi dasar minimal yang dapat menunjang proses pendidikan yang diikutinya. Misalnya, tidak ada batas usia, tidak ada batas tahun ijazah terakhir.
3.    Open Registration System: artinya setiap individu boleh melakukan registrasi secara terbuka, apakah untuk suatu program penuh (seperti program sertifikat, diploma, ataupun sarjana) atau untuk mata kuliah tertentu saja. Sistem registrasi terbuka ini juga harus memungkinkan mahasiswa menabung kredit matakuliahnya sehingga jika mau suatu waktu dapat diakumulasikan untuk suatu program utuh.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendidikan terbuka/jarak jauh, diantaranya pendidikan korespondensi (correspondence course), belajar mandiri (independent learning), kampus maya (virtual campus), belajar melalui internet (internet based learning), online learning dan e-learning.
Dalam perkembangannya, PTJJ telah mengalami berbagai perubahan dalam media pembelajarannya. Kegiatan melalui korespondensi merupakan model awal PTJJ, yang memanfaatkan jasa layanan pos sebagai pola interaksinya. Dan pada beberapa tahun belakangan PTJJ telah memanfaatkan teknologi berbasis internet dalam system pembelajarannya.
Sebagai suatu konsep, PTJJ memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
a.       Peserta didik dan pendidik terpisah oleh jarak dan waktu.
b.      Materi/bahan pembelajaran dirancang secara professional dan disajikan melalui berbagai media.
c.       Ada lembaga yang merancang, mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi hasil-hasil yang dicapai.
d.      Adanya komunikasi, interaksi antara peserta didik dan guru. Meskipun keduanya terpisah oleh jarak, akan tetapi interaksi antara peserta didik dan guru tetap diperlukan, misalnya melalui surat, facsimile, telepon, internet atau teleconference.[5]

Porter mendeskripsikan perbedaan antara pendidikan terbuka/jarak jauh dengan pendidikan konvensional sebagai berikut:



Teachers/Facilitators
Online
On-site
·         Professionals in other fields (not professional educators).

·         Part time educators
·         Full time educators
·         Vendors/corporation
·         Automation


·         Visiting professionals from another fields or within education
·         Part time educators
·         Full time educators
Delivery (Communication/Presentation) Technologies
·         Course web site
·         CD
·         E-mail
·         Bulletin Board
·         Teleconference
·         Chat
·         course web site
·         CD
·         Email
·         Bulletin board
·         Whiteboard
·         Non computerized technologies, overheads, handouts etc
·         Face to face lecture or discussion
Human touch in delivery/presentation
·         Teacher (e.g, chat, email, teleconference)
·         Other students (e.g, groups, communities, individuals)
·         Subject matter expert
·         Teacher (e.g, face to face interaction, chat, email)
·         Other students (e.g, groups, communities, individuals)
·         Subject matter expert
Type of communication
Mostly asynchronous
Mostly synchronous
Type of classroom
·         Web site
·         Other web site/internet links
·         Field trips at individual’s discretion
·         Campus classroom, lab etc.
·         We site
·         Internet links
·         Field trips
Time commitments for students
Time intensive—individual work, plus electronic response time
Increase with more online requirements—may or may not be as time intensive outside of face to face calss sessions
Time commitment for teachers/developers
·         Time intensive to develop materials
·         Time intensive to respond electronically to email, grade assignments, post feedback etc.
·         Less face to face interaction
·         Time intensive to develop materials
·         Less electronic response time
·         More face to face interaction
Source: Porter: 2004:19
Jika kita amati lebih jauh, akan terdapat beberapa komponen dalam pendidikan terbuka/jarak jauh, diantaranya:
a.       Peserta didik. Tujuan peserta didik mengikuti program pendidikan terbuka/jarak jauh antara lain ingin mendapatkan ijazah, mengisi waktu, hiburan atau tertarik dengan programnya.
b.      Materi Pembelajaran. Materi pembelajaran dirancang khusus untuk keperluan system pembelajaran system jarak jauh sesuai kebutuhan peserta didik. Materi pembelajaran disusun sedemikian rupa agar mudah dipelajari tanpa perlu banyak mengharapkan bantuan orang lain.
c.       Pembimbing, Tutor/fasilitator. Tugas pembimbing, tutor dan fasilitator adalah memberikan bantuan kepada peserta didik seaktu-waktu secara berkala ketika peserta didik menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas, latihan maupun soal. Bantuan yang diberikan berupa bimbingan untuk memahami materi-materi yang diberikan agar peserta didik bisa mencapai hasil yang optimal.
d.      Tempat belajar. Berbeda dengan kelas konvensional yang wajib datang ke sekolah setiap hari, peserta didik PTJJ dapat belajar dimana saja dan kapan saja. Tempat untuk pertemuan dengan pembimbing pun bisa diatur dengan memilih tempat yang nyaman untuk belajar.
e.       System Evaluasi. Untuk menentukan apakah peserta didik telah menguasai materi atau belum, mereka harus mengajukan diri kepada pembimbing untuk diuji. Selain itu mereka juga bisa melakukan tes secara mandiri (self test/evaluation), yakni mengerjakan soal sendiri tanpa pengawasan.[6]

Pembelajaran jarak jauh disebut pembelajaran system terbuka, karena memberikan kesempatan kepada siapapun untuk belajar. Disamping itu peraturan yang diberlakukan pun tidak seketat dengan yang ada dikelas konvensional. Namun, meskipun demikian, penyelenggara PTJJ harus mempunyai prinsip-prinsip tentang system PTJJ, diantaranya:
a.       Tujuan yang jelas. Perumusan tujuan harus jelas, spesifik, terukur dan teramati untuk mengubah perilaku peserta didik.
b.      Relevan dengan kebutuhan. Artinya program PTJJ harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dunia kerja atau lembaga pendidikan.
c.       Mutu pendidikan. Pengembangan program PTJJ merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan yang ditandai dengan proses pembelajaran yang lebih aktif atau mutu lulusan yang lebih produktif.
d.      Pemerataan.  Hal ini berkaitan dengan perluasan kesempatan belajar untuk siapa saja.
e.       Kemandirian. Kemandirian baik dalam pengelolaan, pembiayaan, maupun dalam kegiatan belajar.
f.       Berkesinambungan. Penyelenggaraan PTJJ tidak bersifat incidental dan sementara, tetapi dikembangkan secara berkelanjut dan terus menerus.[7]

Pendayagunaan ICT dalam program PTJJ merupakan salah satu sarana/prasarana yang penting guna lebih memperlancar system komunikasi informasi. Peran ICT beserta infrastrukturnya dalam PTJJ adalah untuk menyajikan materi pembelajaran dan menyediakan sarana komunikasi atau interaksi antara peserta didik dengan guru.[8] ICT yang digunakan dalam PTJJ antara lain:
a.       Media cetak. Media cetak merupakan teknologi pertama yang digunakan dalam PTJJ. Media cetak dapat berupa modul, buku materi pokok, buku kerja, panduan belajar, pamflet, brosur, peta, dan chart. Umumnya media cetak dimanfaatkan sebagai media utama dalam pembelajaran.
b.      Radio. Radio dikenal sebagai media yang sangat memasyarakat karena harganya memiliki nilai ekonomis serta memiliki daya jangkau keseluruh pelosok negeri. Dalam PTJJ radio juga digunakan untuk menyampaikan materi ajar. Media radio lebih tepat digunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat umum, auditif dan konkrit agar mudah dipahami oleh peserta didik, mengingat durasi dalam penyampaian materi hanya sekitar 20 menit. Namun tidak dapat dielakkan juga bahwa radio bersifat transistory, artinya materi ajar yang disampaikan cepat berlalu dan mudah dilupakan.
c.       Televisi.  Televisi dikenal sebagai media yang sangat kaya yang mampu menyajikan gambar dan suara secara bersamaan. Di Indonesia TVRI merupakan televisi nasional yang bertanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa selain untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan.[9] Pemanfaatan televisi dalam PTJJ tidak hanya didasarkan pada kemampuannya menyajikan informasi audio visual secara bersamaan, tetapi juga karena kemampuannya untuk menjangkau pemirsa dalam jangkauan geografis yang relative luas. Akan tetapi, pemanfaatan TV belum besar peranannya dalam PTJJ di Indonesia, sebab TV bersifat pasif (tidak ada proses interaksinya), hanya sekali tayang dan memerlukan biaya yang tinggi.
d.      Media kaset, audio, video, CD, VCD. Melalui materi yang dikemas dalam media rekaman ini, memungkinkan siswa untuk memanfaatkannya sesuai ketersediaan waktunya.
e.       Computer dan Jaringan Internet. Keterpisahan antara peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran bisa dijembatani oleh komputer dan jaringan internet.[10] Pada pembelajaran computer dalam jaringan, interaksi antara peserta didik dengan guru lebih banyak alternatifnya.

Ada dua model dalam PTJJ, yakni single mode dan dual mode. [11] Single mode adalah suatu lembaga yang hanya melayani peserta didik melalui jarak jauh saja sehingga staf akademik tidak mengalami konflik loyalitas terhadap peserta didik konvensional dan peserta didik jarak jauh. Model ini dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendekatan universitas konvensional dalam menerapkan PTJJ tidak memadai. Pengembangan materi, implementasi serta evaluasi sepenuhnya disesuaikan dengan peserta didik jarak jauh. Universitas Terbuka (UT) adalah Universitas yang mengikuti single mode. Sementara dalam dual mode terdapat siswa yang belajar secara konvensioanl (tatap muka) dan siswa yang belajar dengan system jarak jauh. Secara teoritis dua kelompok siswa ini memiliki pelayanan yang sama dari lembaga, padahal kenyataannya mahasiswa konvensional memiliki akses yang lebih mudah dan banyak ke berbagai sumber belajar dikampus.


C.    Peluang dan Tantangannya
Secara filosofis, pendidikan merupakan hak setiap anggota masyarakat. Karena itu, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Proses pendidikan tersebut tidak terbatas pada satu kalangan masyarakat saja, tetapi harus merata keseluruh pelosok Indonesia, baik kesempatan maupun kualitasnya.
Berdasarkan hasil riset Mulyana, pendidikan yang saat ini relative bersifat konvensional (tatap muka) menghadapi banyak keterbatasan dan sudah tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat yang tersebar luas dan semakin kompleks. Dengan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini, semakin banyak pula kemudahan-kemudahan yang bisa diakses melalui komputerisasi. Hal ini memungkinkan dunia pendidikan untuk memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar (khususnya pada program PTJJ) sehingga target yang diharapkan dapat tercapai secara efektif.[12] Secara eksplisit Mulyana menjelaskan bahwa diselenggarakannya PTJJ adalah upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan konvensional.
PTJJ merupakan salah satu perwujudan demokratisasi pendidikan, yang meliputi pemberian kesempatan luas kepada setiap individu untuk menempuh pendidikan tanpa ada pembatasan syarat masuk, jarak, waktu serta hambatan social budaya. PTJJ memberikan peluang kepada peserta didiknya untuk belajar secara aktif dan belajar sesuai dengan kecepatan serta kemampuan mereka masing-masing.
Perkembangan ICT telah memusatkan perhatian pemerintah untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sementara dalam dua decade terakhir, pertumbuhan pendidikan semakin besar. Banyak Negara, termasuk Indonesia berusaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak usia sekolah, dan disisi yang sama mereka juga disibukkan oleh banyaknya permintaan pendidikan untuk para orang tua. Oleh karena itu, dengan perkembangan ICT ini dunia pendidikan mempunyai kesempatan untuk mendesain model pendidikannya, yaitu dengan mengembangkan model pendidikan terbuka/jarak jauh. ICT dapat membuka cakrawala baru untuk kemajuan dan pertukaran kreativitas serta dialog antar budaya. Bagi peserta didik, PTJJ dapat meningkatkan akses dan fleksibilitas dalam pembelajaran. Sementara, bagi para pekerja yang memiliki keterbatasan waktu bisa tetap melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan serta ketrampilannya. Dan bagi pemerintah, PTJJ dapat menarik kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan untuk menjangkau pendidikan konvensional. Selain itu, melalui PTJJ pemerintah mempunyai peluang untuk mempromosikan inovasi dan kesempatan untuk belajar sepanjang hayat.[13]
Tak dapat dipungkiri, komputerisasi pada program PTJJ bukan saja menjadi suatu kebutuhan, akan tetapi sekaligus merupakan suatu keharusan, baik dalam administrasi maupun dalam edukasi. Daya dukung yang diberikan pemerintah terhadap program PTJJ telah disediakan, di Indonesia telah banyak dibuat software pendidikan oleh pakar komputer, misalnya: computer assisted instruction (CAI), yang umumnya software ini sangat baik untuk keperluan remedial, intelligent computer assited instructional (ICAL), dapat digunakan untuk material atau konsep, Computer assisted training (CAT), computer assisted design (CAD), computer assisted media (CAM), dan lain-lain.
Namun, meskipun demikian hebatnya kecanggihan ICT, permasalahan yang ditimbulkan pun cukup serius. Kesenjangan digital menyebabkan situasi yang berlawanan antara masyarakat perkotaan yang dapat dengan sangat mudah mengakses kebutuhan mereka melalui ICT dengan masyarakat pedalaman atau kelompok masyarakat buta huruf yang tidak memiliki akses ke alat-alat yang akan menjadikan mereka manusia yang berpengetahuan. Tidak semua kalangan dapat mengikuti program PTJJ ini karena berbagai kendala. Menurut Siahaan, ada tiga kendala yang dihadapi oleh PTJJ, yaitu peserta didik, guru/tutor PTJJ, serta pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan PTJJ.[14] Secara keseluruhan kendala-kendala tersebut akan dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama, dari segi peserta didik PTJJ. Peserta didik yang secara geografis terpencar-pencar daerahnya menyebabkan mereka sulit untuk berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan pengajar. Hal ini juga dapat menimbulkan perasaan kesendirian di kalangan peserta didik. Selain itu, jarak juga dapat menimbulkan perbedaan penafsiran materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan pengertian yang ditangkap oleh peserta didik.
Kedua, dari segi pendidik atau instruktur. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan teknologi dalam pengajaran sedikit banyak ‘merepotkan’ para guru yang belum terbiasa dengan penggunaan teknologi, sebab mereka harus menjalani pelatihan khusus serta biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Para guru atau instruktur sering kali merasa enggan jika dituntut harus menggunakan teknologi disetiap pengajarannya, hal ini disebabkan karena mereka tidak mau dibuat repot oleh tuntutan yang mengharuskan para guru untuk memutakhirkan pengetahuan teknologi secara terus menerus kemudian secara simultan mereka juga harus memutakhirkan materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Ketiga, ketersediaan infrastruktur dan bahan-bahan pelajaran yang dapat diakses. Bagi lembaga PTJJ maupun konvensional, menerapkan teknologi bukan merupakan persoalan sederhana seperti membalikkan telapak tangan. Lembaga dituntut untuk mereformasi diri, mengarahkan kembali visi dan misi agar sanggup memanfaatkan teknologi baru secara bijaksana. Selain itu, ada juga masalah-masalah teknis yang terjadi yang menyangkut sistem kerja infrastruktur dan fasilitas penunjang manakala tidak segera terdeteksi dan diatasi akan dapat berpengaruh terhadap peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya.
D.    Penutup
Dari paparan sebelumnya dapat diuraikan bahwa, pendidikan terbuka/jarak jauh membuka peluang/kesempatan kepada peserta didik dari semua kalangan untuk melanjutkan pendidikannya. Pendidikan terbuka/jarak jauh dapat menjamah pendidikan yang ada diluar jangkauan pendidikan konvensional juga tidak terbatas oleh jarak dan waktu.
 Namun, disisi lain pendidikan terbuka/jarak jauh yang tidak mensyaratkan adanya proses belajar yang intesif membutuhkan motivasi belajar yang tinggi dari peserta didiknya. Selain itu infrastruktur yang dibutuhkan dalam pembelajaran kadang tidak dapat dijangkau atau bahkan diakses oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga PTJJ tidak dapat berjalan efektif seperti pada pendidikan konvensional. Oleh karena itu perlu ada upaya dari pemerintah untuk ‘memperkenalkan’ media ICT khususnya komputer dan jaringannya ke seluruh pelosok negeri agar kesempatan masyarakat untuk belajar sepanjang hayat semakin luas.










DAFTAR PUSTAKA


Belawati, T, Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh: Suatu reformasi pola pikir”, Technical paper presented at the  Seminar Pendidikan Jarak Jauh Dalam Reformasi Pendidikan (Seminar on Distance Education in Educational Reform), Graduation I-1999 Universitas Terbuka. 1999.
Breadly, Jo. The Open Classroom Distance Learning in and out of the Classroom (London:Kogan Page,2003)
Koontz, Franklin et.al. Designing Effective Online Instruction, Oxford:Oxford University,2006.
Latchem, Collin and Insung Jung. Distance and Blended Learning in Asia (New York:Routledge, 2010)
Mulyana, Edy dkk, “Perkembangan dan Pemanfaatan TI dalam Penyelenggaraan PJJ” dalam Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. X, No. 18 (Juni 2006)
Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi  (Bandung:Alfabeta, 2008
Prawiladilaga, Dewi S.  Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta:Kencana,2004.
Siahaan, Sudirman, “Pemanfaatan Teknologi dalam PTJJ”,  Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. IX, No. 16 (Juni, 2005)
UNESCO. “ Open and Distance Learning” (Paris:UNESCO, 2002)
Warsita, Bambang “Peranan TIK dalam Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh”,  Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. XI, No. 20 (April, 2007).



[1] Bambang Warsita, “Peranan TIK dalam Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh”,  Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. XI, No. 20 (April, 2007), 11
[2] Sudirman Siahaan, “Pemanfaatan Teknologi dalam PTJJ”,  Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. IX, No. 16 (Juni, 2005), 24. Lihat juga dalam universitasterbuka.ac.id
[3] Jo Breadly, The Open Classroom Distance Learning in and out of the Classroom (London:Kogan Page,2003), 16. UNESCO, “ Open and Distance Learning” (Paris:UNESCO, 2002), 22. Collin Latchem and Insung Jung, Distance and Blended Learning in Asia (New York:Routledge, 2010), 25.  Dewi S Prawiladilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan (Jakarta:Kencana,2004), 192-193. Franklin R Koontz et.al, Designing Effective Online Instruction (Oxford:Oxford University,2006), 15
[4] Belawati, T, Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh: Suatu reformasi pola pikir”, Technical paper presented at the  Seminar Pendidikan Jarak Jauh Dalam Reformasi Pendidikan (Seminar on Distance Education in Educational Reform), Graduation I-1999 Universitas Terbuka. 1999, 8
[5] Siahaan, “Pemanfaatan Teknologi dalam PTJJ”, 26
[6] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi  (Bandung:Alfabeta, 2008), 221
[7] Ibid, 217-218
[8]  Warsita, “Peranan TIK dalam PTJJ”, 24
[9] Komposisi program siaran TVRI pada tahun 2006 adalah: 47% berita dan informasi, 26% siaran agama, 13% siaran pendidikan, 10% film dan 4% film. Sedangkan khusus siaran pendidikan berdurasi 4.5 jam dari 20 jam siaran setiap hari
[10] Salah satu kelemahan penyelenggaraan sistem PTJJ adalah minimnya umpan balik yang dapat diperoleh peserta didik tentang proses dan hasil belajar yang telah mereka tempuh. Hal ini disebabkan interaksi langsung antara pengajar dan peserta didik relatif rendah. Peserta didik tidak dapat mengetahui hasil belajar yang telah mereka tempuh, kesalahan yang mereka lakukan, dan perbaikan yang perlu mereka lakukan dalam proses belajar. Kondisi ini akan berakibat terhadap kurangnya aspek penguatan (reinforcement) terhadap keberhasilan belajar mahasiswa, yang pada akhirnya akan berakibat terhadap rendahnya motivasi mereka untuk belajar.
[11] UNESCO, Open and Distance, 24
[12] Edy Mulyana dkk, “Perkembangan dan Pemanfaatan TI dalam Penyelenggaraan PJJ” dalam Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. X, No. 18 (Juni 2006), 126-127
[13] UNESCO, Open and Distance, 7-8
[14] Siahaan,“Pemanfaatan Teknologi..”, 40-41